--> Skip to main content

Pengurus MWC NU Purwojati Resmi Dilantik



NU Purwojati Garap Sektor Ekonomi 

Usai resmi dilantik Ahad, (8/7) di Balai Desa Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas, Pengurus baru Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Jawa Tengah akan langsung fokus menggarap bidang perekonomian NU di Kecamatan Purwojati.

Hal tersebut diucapkan Maful Abidin, Ketua Tanfidziyah NU Purwojati ketika dihubungi NU Online Senin, (9/7). Maful menengaskan, pada tahun pertama kepemimpinannya ini NU Purwojati akan fokus mendirikan sebuah badan usaha milik MWC NU Purwojati.

"Tahun pertama ini kami akan fokus menggarap sektor perekonomian, dengan mendirikan semacam toko atau minimarket NU yang nanti akan dikelola oleh lembaga perekonomian MWC NU Purwojati," kata Maful

Fokus mengembangkan perekonomian menurut Maful adalah salah satu bentuk komitmen dari Nahdlatul Ulama (NU) Purwojati dalam mensejahterakan masyarakat, selain itu juga merupakan bentuk sinergistas program kerja antara PCNU Banyumas dan MWC NU Purwojati.

Dihubungi terpisah, Yuslihudin, Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas menyambut baik program ekonomi yang akan digarap oleh MWC NU Purwojati itu, Ia mengatakan GP Ansor dan Banser akan mendukung penuh program kerja tersebut.

Ia juga mengatakan, akan selalu siap jika dimintai bantuan baik tenaga atau fikiran, untuk mewujudkan program tersebut. "Kami mendukung sepenuhnya program kerja tersebut, bila membutuhkan tenaga atau fikiran kami siap untuk membantu," pangkas Yuslih.



NU Adalah Sarana Untuk Mempermudah Dakwah 

Terlahir menjadi warga Nahdlatul Ulama (NU) adalah hal biasa, karena sejak kecil kita telah menjadi warga NU, bahkan saat masih didalam kandungan pun kita sudah menjadi bagian dari warga NU.

Namun, terpilih menjadi pengurus NU adalah hal yang istimewa, karena menjadi pengurus NU berarti kita diberi fasilitas atau kendaraan sebagai sarana untuk berdakwah.

Hal tersebut diucapkan H Sabar Munanto, Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas ketika memberikan sambutan usai melantik pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Ahad, (8/7) di Balai Desa Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

"NU adalah alat untuk mempermudah kita berdakwah," katanya.

Lebih lanjut Sabar mengibaratkan NU adalah sebuah alat pembajak sawah yang digunakan oleh petani untuk bercocok tanam padi, dengan alat tersebut maka menanam padi akan menjadi lebih mudah dan efisien.

"Dengan adanya NU, maka dakwah yang dilakukan akan menjadi lebih mudah dan teroganisir," lanjut Sabar.

Sabar juga berharap adanya pengurus NU di berbagai tingkatan bisa memberikan dampak yang positif bagi lingkungan masyarakat sekitar.

"Adanya NU diberbagai lapisan masyarakat harus membuat orang menjadi lebih giat dalam beribadah," jelas Sabar Munanto dihadapan pengurus NU dan masyarakat yang hadir saat itu.

Ia juga menjelaskan, Organisasi NU juga punya banyak alat pelengkap organisasi, berupa badan otonom dan lembaga-lembaga yang berfungsi untuk menopang kinerja NU. Ia berharap, pengurus NU agar bisa memaksimalkan kinerja mereka, agar tercipta sinergi yang akan membuat NU semakin berkembang.



Ngurusi NU, Mencari Ridho Allah 

Wakil Rais Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas KH Taefur Arafat menegaskan, menjadi pengurus NU yang pertama harus dicari bukanlah jabatan duniawi, melainkan yang harus dicari pertama adalah Ridhonya Allah SWT.

"Tanpa Ridho dari Allah, maka akan sia-sia, hanya akan mendapat capai dan letih," katanya ketika memberikan ceramah pada acara pelantikan pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (Mwc NU) Kecamatan Purwojati Ahad, (8/7) di Desa Kalitapen Kecamatan Purwojati  Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

"Di NU tidak ada jabatan, yang ada hanyalah perjuangan," kata Kiai Taefur.

Kiai Taefur menjelaskan, seorang pengurus NU harus bisa berlatih ikhlas salam semua hal, terutama dalam berjuang mengurusi NU, jangan ikut menjadi pengurus NU karena mengincar kenaikan pangkat atau jabatan, karena menurut Kiai Taefur itu bukanlah suatu hal yang baik.

"NU tempat berjuang, bukan tampat mencari jabatan," tegas Kiai yang juga mantan ketua Tanfidziyah NU Banyumas itu. 

Meskipun tidak bisa dipungkiri, sebagai manusia biasa pasti kadang sifat ketidak ikhlasan manusia itu muncul, tetapi harus bisa dikontrol agar anatara ikhlas dan tidak ikhlas itu lebih banyak ikhlas nya dari pada tidak ikhlas nya.

"Dinikmati saja berjuang di NU, baik sebagai pengurus ataupun tidak, insya Allah Berkah," lanjut Kiai Taefur.

Kiai Taefur juga berpesan kepada semua pengurus NU untuk selalu meperkuat hatinya, bukan hanya badan atau fisiknya saja, tetapi juga batinnya dengan lebih terkenal memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. 
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar